Layanan Donatur

Kisah Hikmah Kurban dalam Kitab Kuning: Meneladani Jejak Ketaatan Nabi Ibrahim AS

Rabu, 14 Mei 2025 21:50 WIB

81 Pengunjung

Sakuyatim.com - Ibadah kurban, yang dilaksanakan setiap Hari Raya Idul Adha, bukan sekadar ritual penyembelihan hewan. Di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur dan hikmah mendalam yang mengajarkan tentang ketaatan, pengorbanan, dan kepedulian sosial. Akar sejarah dan pemahaman mendalam tentang ibadah ini dapat kita temukan dalam khazanah literatur Islam klasik, yang dikenal dengan sebutan "Kitab Kuning".

Kitab Kuning, merujuk pada manuskrip-manuskrip keagamaan berbahasa Arab yang menjadi rujukan utama di berbagai pesantren dan kalangan ulama, menyimpan beragam tafsir dan penjelasan mengenai ajaran Islam, termasuk kisah Nabi Ibrahim AS dan perintah kurban. Meskipun Al-Quran menjadi sumber utama, Kitab Kuning memperluas pemahaman kita melalui penafsiran para ulama terdahulu, hadis-hadis Nabi Muhammad SAW, serta riwayat-riwayat yang memperkaya narasi keagamaan.

Salah satu kitab yang seringkali menjadi rujukan dalam pembahasan kisah kurban adalah karya-karya tafsir Al-Quran klasik seperti Tafsir Ath-Thabari karya Imam Abu Ja'far Muhammad bin Jarir Ath-Thabari (wafat 310 H/923 M) dan Tafsir Al-Qurthubi karya Imam Abu Abdullah Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi (wafat 671 H/1273 M). Dalam kitab-kitab tafsir ini, kisah Nabi Ibrahim AS diperinci dengan mengutip berbagai riwayat dan interpretasi dari para sahabat, tabi'in, dan ulama salaf.

Kisah perintah kurban bermula dari mimpi Nabi Ibrahim AS yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk menyembelih putra kesayangannya, Ismail AS. Dalam Kitab Kuning, penafsiran mimpi ini tidak hanya dipahami sebagai ujian berat bagi keimanan Nabi Ibrahim, tetapi juga sebagai manifestasi dari puncak kepatuhan seorang hamba kepada Sang Khalik. Keraguan dan gejolak batin yang mungkin dialami Nabi Ibrahim digambarkan dengan penuh penghayatan, namun ketaatannya kepada perintah Allah SWT mengalahkan segala keraguan dan kecintaan duniawi.

Lebih lanjut, Kitab Kuning juga menyoroti dialog antara Nabi Ibrahim AS dan putranya, Ismail AS. Dalam riwayat yang sering dikutip, Ismail AS dengan penuh kepasrahan menerima perintah Allah SWT dan bahkan memberikan dukungan kepada ayahnya untuk melaksanakannya. Kisah ini, sebagaimana dijelaskan dalam berbagai syarah (penjelasan) Kitab Kuning, mengajarkan tentang pentingnya berbakti kepada orang tua dan menerima takdir Allah SWT dengan lapang dada.

Saat Nabi Ibrahim AS telah siap melaksanakan perintah Allah SWT dan meletakkan pisau di leher putranya, Allah SWT mengganti Ismail AS dengan seekor kibas (domba). Peristiwa ini, dalam perspektif Kitab Kuning, tidak hanya menunjukkan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya, tetapi juga mengandung simbolisme yang mendalam. Penggantian Ismail AS dengan seekor hewan kurban ditafsirkan sebagai bentuk penebusan dan rahmat Allah SWT yang tidak menghendaki pengorbanan nyawa manusia.

Hikmah dari kisah kurban ini, sebagaimana diuraikan dalam Kitab Kuning, sangatlah beragam. Pertama, ketaatan mutlak kepada Allah SWT menjadi pelajaran utama. Nabi Ibrahim AS memberikan contoh bagaimana seorang hamba seharusnya tunduk dan patuh terhadap perintah Allah SWT tanpareserve, meskipun perintah tersebut terasa berat dan bertentangan dengan akal sehat manusia.

Kedua, nilai pengorbanan menjadi esensi penting dari ibadah kurban. Nabi Ibrahim AS rela mengorbankan putra kesayangannya demi menjalankan perintah Allah SWT. Ini mengajarkan umat Islam untuk senantiasa siap berkorban demi menjalankan perintah agama dan demi kemaslahatan sesama. Pengorbanan tidak hanya terbatas pada harta benda, tetapi juga waktu, tenaga, dan bahkan ego pribadi.

Ketiga, kepedulian sosial juga menjadi hikmah yang tak terpisahkan dari ibadah kurban. Daging hewan kurban yang dibagikan kepada fakir miskin dan kaum dhuafa menjadi wujud nyata dari solidaritas dan kepedulian terhadap sesama. Kitab Kuning seringkali menekankan pentingnya mendistribusikan daging kurban secara adil dan merata, sehingga manfaatnya dapat dirasakan oleh mereka yang membutuhkan.

Selain kitab-kitab tafsir, kitab-kitab fiqih (hukum Islam) dalam khazanah Kitab Kuning juga memberikan penjelasan detail mengenai tata cara pelaksanaan ibadah kurban, mulai dari jenis hewan yang diperbolehkan, syarat-syarat sahnya kurban, hingga tata cara penyembelihan dan pembagian daging kurban. Kitab-kitab seperti Fathul Mu'in karya Syekh Zainuddin Al-Malibari (wafat 987 H/1579 M) dan I'anatuth Thalibin karya Sayyid Abu Bakar Syatha Ad-Dimyathi (wafat 1310 H/1892 M) menjadi rujukan penting dalam memahami aspek-aspek praktis ibadah kurban.

Dengan mempelajari kisah kurban dari perspektif Kitab Kuning, kita tidak hanya memahami sejarah dan tata cara pelaksanaannya, tetapi juga menggali hikmah dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Ketaatan Nabi Ibrahim AS, pengorbanan yang tulus, dan kepedulian sosial yang diwujudkan dalam ibadah kurban menjadi teladan bagi umat Islam untuk meningkatkan keimanan dan mempererat tali persaudaraan.

Salurkan kurban anda melalui LAZ Sakuyatim

Bagikan Berita