Layanan Donatur

Empat Sikap Saat Musibah Menimpa: Jalan Menuju Ketenangan Hati

Senin, 12 Mei 2025 21:52 WIB

72 Pengunjung

Empat Sikap Saat Musibah Menimpa: Jalan Menuju Ketenangan Hati

Setiap manusia pasti akan diuji. Baik dalam bentuk kehilangan, sakit, kegagalan, maupun perasaan sedih yang sulit diungkapkan. Namun, yang membedakan satu manusia dengan lainnya adalah bagaimana ia bersikap saat menghadapi ujian itu.

Rasulullah ﷺ pernah mengajarkan, bahwa ujian adalah bagian dari kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. Dalam khutbah Jumat yang menyentuh hati ini, kita diingatkan tentang empat tipe manusia saat musibah datang. Keempatnya menunjukkan level keimanan yang berbeda. Kita diajak merenung: di level manakah kita?

 

1. Marah dan Tidak Menerima

Tipe pertama adalah orang yang marah-marah saat musibah menimpa. Ia protes terhadap takdir, mempertanyakan mengapa ini terjadi padanya, bahkan bisa sampai menyalahkan Allah secara tidak langsung.

Kadang kita dengar keluhan, "Padahal saya sudah berobat ke dokter terbaik, kenapa belum juga sembuh?" atau "Kami sudah pelan-pelan di pinggir jalan, kenapa masih ditabrak juga?"

Ini adalah bentuk ketidakridhoan terhadap takdir, dan Rasulullah ﷺ sangat memperingatkan sikap seperti ini:

لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُوْدَ أَوْ شَقَّ الْجُيُوْبَ أَوْ دَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
“Tidak termasuk golongan kami orang yang menampar pipi, merobek pakaian, atau berteriak dengan seruan jahiliyah.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

 

2. Bersabar: Menahan Diri dan Tetap Ikhtiar

Tipe kedua adalah orang yang bersabar. Ia menahan lisannya dari keluhan, menjaga hatinya agar tidak berburuk sangka kepada Allah, dan tetap melanjutkan ikhtiar.

Kesabaran bukan berarti diam pasrah. Sabar adalah terus bergerak dalam kebaikan meski hati terluka. Misalnya, saat sakit, ia tetap berikhtiar: pergi ke dokter, mencoba pengobatan herbal, bekam, atau terapi lain yang dibenarkan syariat. Semua dilakukan dengan hati yang tunduk dan yakin akan pertolongan Allah.

Allah ﷻ berfirman:

وَلَنَبْلُوَنَّكُم بِشَيْءٍ مِّنَ ٱلْخَوْفِ وَٱلْجُوعِ وَنَقْصٍ مِّنَ ٱلْأَمْوَٰلِ وَٱلْأَنفُسِ وَٱلثَّمَرَٰتِ ۗ وَبَشِّرِ ٱلصَّٰبِرِينَ
“Dan sungguh, Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
(QS. Al-Baqarah: 155)

 

3. Ridha: Lapang Menerima Ketetapan Allah

Level berikutnya adalah ridha, yaitu hati yang lapang menerima apapun yang Allah tetapkan. Tidak sekadar sabar, tapi merasa tenang dan yakin bahwa apa yang Allah pilihkan adalah yang terbaik.

Rasulullah ﷺ bersabda:

ذَاقَ طَعْمَ الْإِيمَانِ مَنْ رَضِيَ بِاللَّهِ رَبًّا، وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا، وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا
“Telah merasakan manisnya iman siapa saja yang telah ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama, dan Muhammad sebagai Rasul.”
(HR. Muslim)

Ridha bukan berarti tidak merasa sedih. Tapi ia menyadari bahwa sedih pun bagian dari ibadah, selama tidak membuatnya berpaling dari Allah.

 

4. Bersyukur: Menemukan Cinta Allah di Balik Musibah

Tipe manusia tertinggi saat musibah adalah bersyukur. Ini adalah hati yang mampu melihat cahaya di balik gelapnya ujian, dan berkata, “Alhamdulillah ‘ala kulli haal” – Segala puji bagi Allah atas segala keadaan.

Rasulullah ﷺ bersabda:

عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ ... إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Sungguh menakjubkan perkara orang mukmin. Semua perkaranya adalah baik. Bila mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Bila mendapat musibah, ia bersabar, maka itu pun baik baginya.”
(HR. Muslim)

Kadang, Allah mempercepat ujian di dunia agar di akhirat kita datang dalam keadaan bersih:

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا
“Jika Allah menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, Dia segerakan hukumannya di dunia.”
(HR. Tirmidzi)

Maka, bersyukur saat mendapat musibah adalah tanda cinta kepada Allah, tanda penghambaan yang sejati.

 

Penutup: Di Mana Posisi Kita?

Empat sikap ini menggambarkan kedewasaan iman seseorang:

  1. Marah-marah – tanda lemahnya iman.
  2. Sabar – tanda tangguhnya hati.
  3. Ridha – tanda lapangnya jiwa.
  4. Syukur – tanda kematangan iman.

Musibah akan datang silih berganti, tapi kita punya pilihan untuk menjalaninya dengan marah atau bersyukur. Semoga kita termasuk golongan orang yang diberi kekuatan oleh Allah untuk mencapai level sabar, ridha, dan syukur, sehingga setiap ujian menjadi sebab naiknya derajat kita di sisi-Nya.

الْحَمْدُ لِلَّهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ
Segala puji bagi Allah atas setiap keadaan.

 

Bagikan Berita